Perbedaan Stres Akut dan Stres Pasca Trauma

[Info Bugar] Stres merupakan hal yang lazim dan sangat mungkin untuk dialami oleh setiap orang. Namun tidak semua orang pernah mengalami stres yang akut atau stres pasca trauma. Pasalnya stres semacam ini umumnya terjadi mengikuti sebuah peristiwa traumatik yang dialami seseorang.

Dialaminya stres akut bisa terjadi karena peristiwa bencana alam, KDRT maupun kecelakaan lalu lintas. Selain itu dapat berasal dari kekerasan seksual maupun pengalaman usai peristiwa perang.

Menurut apa yang dilaporkan hellosehat.com, sekilas, pengertian stres akut mirip dengan gangguan stres pasca trauma (PTSD). Keduanya diketahui sama-sama dipicu oleh kejadian trauma berat. Namun perlu diketahui tetap ada beberapa hal yang membedakan antara  stres akut dan PTSD.

Perbedaan Stres Akut dan PTSD?

Dilihat dari definisinya, stres akut atau accute stress disorder (ASD) adalah syok psikologis yang timbul sebagai respons setelah mengalami atau menyaksikan peristiwa yang mengerikan atau traumatis. Respon tersebut lalu menimbulkan reaksi emosional negatif yang kuat. Stres akut juga bisa mengarah pada terjadinya gejala gangguan kecemasan.

Sementara PTSD didefinisikan sebagai gangguan mental yang dipicu oleh ingatan kilas balik usai mengalami atau menyaksikan peristiwa yang mengerikan atau traumatis.

Keduanya sama-sama menimbulkan reaksi emosional negatif. Bedanya, PTSD dapat menyebabkan seseorang mengalami serangan panik. Selain itu juga serangan kecemasan begitu mengingat terjadinya peristiwa traumatis tersebut.

baca >>> Mengenal Lebih Jauh Kecemasan

Gejala Stres Akut dan Stres Pasca Trauma

Secara umum gejala stres akut dan stres pasca trauma adalah sama yang selanjutnya dikelompokkan menjadi 3 kelompok gejala:

  • Mengalami kembali. Merupakan munculnya ingatan kilas balik, mimpi buruk, imajinasi-imajinasi mengerikan.
  • Penghindaran. Umumnya penderita stres akut dan stres pasca trauma menghindari pikiran, percakapan, perasaan, tempat dan orang-orang karena mengingatkan peristiwa traumatik.
  • Hyperarousal. Ini merupakan gejala yang terkait masalah tidur, mudah tersinggung dan terjadinya ledakan kemarahan. Penderita juga menjadi sulit berkonsentrasi, mengalami serangan panik, kecemasan, mudah kaget serta gelisah

Gejala PTSD cenderung masuk pada perilaku kekerasan yang berisiko atau merusak. Itupun masih ditambah dengan pikiran dan asumsi yang terlalu negatif tentang diri sendiri atau dunia sekitar. Termasuk juga pesimis terhadap masa depan, menyalahkan diri sendiri atau orang lain.

Berbeda dengan gejala stres akut yang tidak mencakup hal-hal yang mengarah pada kekerasan serta pikiran dan asumsi negatif. Stres akut condong pada efek disosiasi yang lebih kuat daripada PTSD. Artinya lepasnya kesadaran diri akan pikiran, memori, perasaan, hingga perbuatan yang bisa bersifat sebagian atau penuh. Amnesia sementara merupakan salah satunya.

Gejala ASD akan segera terjadi setelah peristiwa traumatik terjadi namun rentang waktunya sangat singkat. Hanya tiga hari dan kurang dari 4 minggu setelah terpapar kejadian traumatis. Berlangsung secara konstan, namun akan hilang setelah lewat dari 4 minggu.

Bedanya, PTSD baru bisa dinyatakan ketika gejala stres akut terus berlanjut lebih dari satu bulan atau bahkan hingga tahunan. Parahnya lagi PTSD juga bisa kambuh sewaktu-waktu ketika dipicu

Perbedaan lama gejala yang diderita ini merupakan perbedaan yang paling menonjol. Seseorang yang mengalami gejala-gejala stres lebih dari sebulan, jelaslah bahwa itu bukan ASD melainkan PTSD.

Banyak kasus stres akut berkembang menjadi PTSD. Namun tidak semua kasus PTSD memiliki riwayat ASD sebelumnya.

baca juga >>> Stigma Penyakit Mental Picu Kecenderungan Bunuh Diri

Bagaimanakah Pengobatan Stress Akut dan Stres Pasca Trauma?

Stres akut perlu berkonsultasi psikolog dan mengonsumsi obat antidepresan yang diresepkan jangka pendek. Jika diperlukan, terapi tambahan seperti yoga, akupuntur, meditasi, atau aromaterapi bisa dilakukan untuk mengurangi gejalanya.

Sementara itu, PTSD tidak ada obatnya. Biasanya penderita akan ditangani dengan mengkombinasikan psikoterapi dan konseling. Tujuannya  untuk meminimalisasi gejala yang dialami dan mengubah cara berpikir mengenai trauma yang dialami.

Baik stres akut maupun PTSD merupakan gejala yang harus cepat ditangani. Penderita juga sebaiknya mendapatkan dukungan dari keluarga serta orang-orang di sekitarnya.


Ingin dapat informasi terlengkap dan terbaru? Klik di sini