mencegah obesitas pada anak

Mencegah Obesitas Pada Anak

[Info Bugar] Melihat anak kecil dengan badan yang berisi mungkin kelihatan menggemaskan. Namun orang tua harus waspada manakala berat badan anak naik secara signifikan karena dapat menjadi berbahaya bagi kesehatan. Anak-anak menjadi kelebihan berat badan dan obesitas karena berbagai alasan. Mencegah obesitas pada anak dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Lebih banyak olahraga

Untuk membantu anak-anak menghindari obesitas, orang tua juga harus memberikan contoh yang baik. Coba untuk menghabiskan lebih sedikit waktu di depan layar dan ikut berolah raga juga. Tujuannya harus menekankan kegiatan di luar ruangan dan olahraga yang menarik bagi anak-anak.

2. Menunda memberi mereka gula selama mungkin.

Ahli gizi memperingatkan terhadap konsumsi gula berlebihan terlalu dini dalam kehidupan. Sebelum usia tiga tahun, mereka merekomendasikan membatasi suguhan untuk pure buah, makanan ringan susu dan kue.

3. Pilih menu yang sehat.

Orang tua yang memberi makan terlalu banyak gula pada anak-anak sering tidak memberi cukup lemak sehat. Makanan yang mengandung lemak sehat itu seperti telur, keju, buah-buahan dan kacang-kacangan yang mengandung minyak. Kue kering, cokelat batangan, roti, pizza, jus buah, selai harus dihindari, terutama jika mengandung sirup fruktosa atau glukosa.

4. Harus cukup tidur

Diet dan olahraga bukan satu-satunya faktor yang mendukung obesitas. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa kurang tidur dapat berdampak buruk pada berat badan anak-anak. Jika kurang tidur dapat meningkatkan nafsu makan mereka akan makanan berlemak dan bergula. Anak-anak berusia 13-17 harus tidur 8 hingga 10 jam per hari. Untuk usia 3-5 perlu 10 hingga 13 jam per hari.

5. Mengatur pola makan

Mencegah obesitas pada anak dapat dilakukan dengan mengatur pola makan. Ibu sebaiknya menerapkan pola makan 3 kali sehari dalam porsi yang cukup. Tentu saja, porsi makan anak tidak bisa disamakan dengan orang dewasa. Perbanyak makanan yang mengandung protein dan kurangi jumlah karbohidrat yang terlalu tinggi.

6. Pilih camilan yang sehat.

Coba untuk memilih camilan yang rendah MSG atau bahan pengawet lainnya karena tidak sehat untuk perkembangan otak mereka. Selain itu, batasiĀ  makanan yang memiliki rasa manis dan kadar lemak tinggi, seperti permen, minuman ringan bersoda dan cokelat. Imbangi dengan buah, sayuran yang telah diolah, roti gandum, kentang, dan sebagainya. Cobalah membuat kreasi makanan unik yang lezat namun menyehatkan agar anak tidak bosan.

7. Rutin kontrol ke dokter.

Berat badan anak perlu untuk dikontrol secara berkala terutama saat melihat adanya perubahan fisik pada anak. Timbang berat badan dan perlu juga untuk mengecek tinggi badannya secara rutin. Tak menutup kemungkinan jika berat badan anak naik, lantaran tubuhnya semakin tinggi, dan ini adalah baik. Dengan begitu anda pun tak salah dalam memberikan asupan gizi dan nutrisi padanya.

Dokter anak anda adalah orang terbaik untuk menentukan apakah anak anda kelebihan berat badan. Selain mengukur berat badan dan tinggi anak, dokter akan menghitung BMI-nya atau indeks massa tubuh untuk membandingkan dengan nilai standar. Ia juga akan mempertimbangkan usia dan pola pertumbuhan anak anda.

Obesitas pada anak berisiko terhadap sejumlah kondisi, termasuk:

  • Kolesterol tinggi
  • Tekanan darah tinggi
  • Penyakit jantung dini
  • Diabetes
  • Masalah tulang
  • Kondisi kulit seperti ruam panas, infeksi jamur, dan jerawat

Mencegah obesitas pada anak dapat dimulai dengan mengetahui dahulu penyebabnya. Paling umum adalah faktor genetik, kurangnya aktivitas fisik, pola makan yang tidak sehat atau kombinasi dari faktor-faktor ini. Hanya dalam kasus yang jarang terjadi kelebihan berat badan yang disebabkan oleh kondisi medis seperti masalah hormon. Meskipun masalah berat badan terjadi dalam keluarga, tidak semua anak dengan riwayat keluarga obesitas akan kelebihan berat badan. Anak-anak yang orang tua atau saudara kandungnya kelebihan berat badan mungkin berisiko tinggi menjadi kelebihan berat badan sendiri. Namun hal ini dapat dikaitkan dengan perilaku keluarga bersama seperti kebiasaan makan dan aktivitas.