Bahan Bakar Fosil di Indonesia

Indonesia harus melepaskan diri dari ketergantungannya pada bahan bakar fosil sebagai sarana pembangkit listrik. Emisi karbondioksida (CO 2 ) perlu dimitigasi untuk meningkatkan ketahanan energi dan melindungi cadangan untuk masa depan. Teknologi terbaru perlu diterapkan seperti sistem “batubara bersih”. Ini sendiri merupakan proses yang kompleks yang melibatkan banyak prosedur yang berbeda. Emisi karbon ditangkap dan disimpan di bawah bumi, tetapi kerugiannya adalah sistem ini mahal dan sangat sulit untuk dipasang kembali ke pembangkit listrik yang ada.

Sektor transportasi Bahan Bakar Fosil  juga perlu dimutakhirkan. Banyak kendaraan di negara-negara Asia Tenggara sudah sangat tua dan oleh karena itu tidak memiliki teknologi modern yang dipasang pada model yang lebih baru. Sepeda motor terbaru mematikan mesin ketika mereka mendeteksi tidak ada gerakan maju. Hal ini mencegah kendaraan berdiri diam di persimpangan menunggu sinyal lalu lintas untuk mengizinkan mereka bergerak maju.

Telah disarankan bahwa mereka dapat mengadopsi standar emisi Eropa dan memperkenalkan peraturan Euro 4 pada tahun 2021 dan kemudian pembatasan Euro5 yang lebih ketat pada tahun 2025. Seberapa merugikan praktik Bahan Bakar Fosil terhadap kualitas udara di Indonesia?

Kebanyakan orang sudah mengetahui bahwa perubahan iklim terutama disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil dalam transportasi, proses manufaktur, dan produksi listrik, tetapi praktik pertanian tertentu juga dapat memberikan kontribusi besar. Salah satu penyebab utamanya adalah pembakaran bahan organik untuk menyiapkan lahan bagi tanaman berikutnya atau untuk memperluas area pertanian dengan membakar semak belukar dan hutan yang berdekatan.

Waktu terburuk tahun ini di Indonesia adalah musim gugur setelah musim panas yang kering. Pada tahun 2015 sangat buruk karena musim kemarau yang sangat panjang dan badai tropis yang ganas, kebakaran berkobar di luar kendali selama berbulan-bulan. Seluruh Indonesia, bersama dengan sebagian negara tetangga Malaysia dan Singapura diselimuti kabut asap Bahan Bakar Fosil  beracun. Hal ini menyebabkan sekolah, bandara, dan layanan umum ditutup karena kondisi yang tidak sehat atau jarak pandang yang kurang.

Sementara sebagian besar kebakaran dimulai oleh petani kecil, umumnya bukan untuk keuntungan mereka tetapi untuk konglomerat asing besar yang menuntut kapasitas produksi yang lebih besar. Perkebunan tanaman tunggal ini mendominasi pedesaan Indonesia dengan yang paling umum Bahan Bakar Fosil adalah untuk produksi minyak sawit. Indonesia sekarang adalah produsen utama minyak sawit dunia dengan angka produksi tahun 2015 lebih dari 31 juta metrik ton. Angka ini meningkat 50 persen dari angka tahun 2008.