Pasien sekarang mendaftar dalam uji klinis tahap awal untuk menguji vaksin flu universal berdasarkan teknologi messenger RNA, National Institutes of Health mengumumkan Senin.
Para ilmuwan berharap vaksin tersebut akan melindungi dari berbagai macam jenis flu dan memberikan kekebalan jangka panjang sehingga orang tidak harus menerima suntikan setiap tahun.
Messenger RNA, atau mRNA, adalah teknologi di balik vaksin Covid Moderna dan Pfizer yang banyak digunakan. NIH memainkan peran penting dalam mengembangkan platform mRNA yang digunakan oleh Moderna.
“Vaksin flu universal dapat berfungsi sebagai garis pertahanan penting terhadap penyebaran pandemi flu di masa depan,” Dr. Hugh Auchincloss, penjabat direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular, mengatakan dalam sebuah pernyataan Senin.
Uji coba vaksin flu universal akan mendaftarkan hingga 50 orang sehat berusia 18 hingga 49 tahun untuk menguji apakah suntikan percobaan itu aman dan menghasilkan respons kekebalan, menurut NIH.
Studi ini juga akan melibatkan peserta yang menerima vaksin flu quadrivalent, yang melindungi dari empat jenis virus, untuk membandingkan suntikan universal eksperimental dengan yang saat ini ada di pasaran.
Tembakan universal dikembangkan oleh para peneliti di National Institute of Allergy and Infectious Diseases. Uji klinis tersebut mendaftarkan sukarelawan di Duke University di Durham, North Carolina.
Vaksin flu generasi saat ini memberikan perlindungan penting terhadap rawat inap, tetapi efektivitas suntikan dapat sangat bervariasi dari tahun ke tahun.
Para ilmuwan saat ini harus memprediksi berbulan-bulan sebelumnya jenis flu mana yang akan mendominasi sehingga produsen vaksin memiliki waktu untuk memproduksi vaksin sebelum musim virus pernapasan.
Strain flu yang dominan dapat berubah antara waktu ketika para ahli memilih strain dan produsen meluncurkan suntikan. Di beberapa musim, tembakan tidak cocok dengan aliran yang beredar dan akibatnya kurang efektif.
Vaksin flu mengurangi risiko penyakit sebesar 40% hingga 60% jika dicocokkan dengan baik terhadap strain yang beredar, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit. Tetapi dalam beberapa tahun keefektifan vaksin serendah 19% karena suntikannya tidak cocok.
Flu membunuh antara 12.000 dan 52.000 orang setiap tahun di AS dari 2010 hingga 2020 tergantung strain yang beredar dan seberapa cocok suntikannya, menurut CDC.